Saturday, December 19, 2009

Asal Usul Nama Daerah ( Lapangan Banteng )

Pada Masa pennjajahan Belanda disebut waterlooplein, tidak seluas  Lapangan (Medan) Merdeka yang dahulu disebut Koningsplein, dan sekarang menjadi; Lapangan Monumen Nasional atau Monas Jakarta Pusat.

Pada masa; pemerintahan Kolonial Belanda Lapangan tersebut dikenal dengan sebutan Lapngan; Singa, karena ditengahnya terpancang tugu peringatan kemenangan perang di; Waterloo, dengan patung singa di atasnya. Tugu tersebut didirikan pada jaman  pemerintahan pendudukan tentara Jepang. Setelah Indonesia merdeka namanya  diganti menjadi Lapangan Banteng, rasanya memang lebih tepat, bukan saja karena  singa mengingatkan kita pada lambang penjajah, tetapi juga tidak terdapat dalam  dunia fauna kita. Sebaliknya, banteng merupakan lambing nasionalisme Indonesia.  Disamping itu, besar kemungkinan pada jaman dahulu tempat yang kini menjadi  Lapangan itu dihuni berbagai macam satwa liar seperti macan, kijang, dan  banteng. Pada waktu J.P. Coen membangun kota Batavia di dekat muara Ci Liwung,  lapangan tersebut dan sekelilingnya masih berupa hutan belantara yang sebagian  berpaya – paya (De Haan 1935:69).

Menurut catatan resmi, pada tahun 1632  kawasan tersebut menjadi milik Anthony Paviljoen Sr, dikenal dengan sebutan  Paviljoensveld, atau Lapangan Paviljoen Jr. Agaknya, pemilik kawasan itu lebih  suka menyewakannya kepada orang – orang Cina yang menanaminya dengan tebu dan  sayur – mayor, sedangkan untuk dirinya sendiri ia hanya menyisakan hak untuk  berternak sapi. Pemilik berikutnya adalah seorang anggota Dewan Hindia, Cornelis  Chastelein, yang memberi nama Weltevreden, yang kurang lebih artinya ‘sungguh  memuaskan”, bagi kawasan tersebut setelah berganti – ganti pemilik, termasuk  Justinus Vinck yang mulai pertama membangun Pasar Senen, pada tahun 1767, tanah  Weltevreden menjadi milik Gubernur Jenderal Van der Parra. Pada awal abad ke-19  Weltevreden semakin berkembang tangsi pasukan infanteri juga berbagai  kesenjataan lainnya yang tersebar sampai ke Taman Pejambon dan Taman du Bus, di  belakang kantor Departemen Keuangan sekarang.

Pada pertengahan abad ke-19  Lapangan Banteng menjadi tempat berkumpulnya golongan elit Kota Batavia. Setiap; Sabtu sore sampai malam doperdengarkan musik militer (V.I. van de Wall 1933:18-19).

0 comments: